OPTIMALISASI BATIK SEBAGAI USAHA KREATIF DARI BUDAYA
LOKAL MENUJU PERSAINGAN INTERNASIONAL
Yuyun Yulyanti
UNIVERSITAS PENDIDIKAN IDONESIA
PENDAHULUAN
Ragam
budaya yang dimiliki Indonesia menjadi aset kekayaan bagi bangsa. Letak
geografis Indonesia sebagai negara kepulauan menyebabkan Indonesia memiliki
banyak kebudayaan daerah yang harus dilestarikan keberadaannya. Kebudayaan
Indonesia sebagai warisan leluhur bangsa tersebut memiliki berbagai macam, seperti
bahasa, tari-tarian, alat musik tradisional, makanan, seni pertunjukkan, seni
arsitektur/bangunan, kerajinan tangan, dan lain-lain. Kebudayaan Indonesia
tersebut tentu memiliki nilai filosofis terhadap perkembangan kehidupan
masyarakat Indonesia karena antara masyarakat dan kebudayaan tentu tak dapat
dipisahkan. Ragam budaya yang dimiliki Indonesia membuktikan betapa
berpotensinya masyarakat (sumber daya manusia) Indonesia untuk membuktikan
kemampuan dan kreativitasnya dari negara lainnya.
Salah
satu hasil kerajinan tangan asli yang dimiliki Indonesia adalah batik. Batik
menjadi ciri khas bagi bangsa Indonesia di mata dunia setelah batik resmi
memiliki hak paten dan dinyatakan oleh UNESCO sebagai kebudayaan asli
Indonesia, seperti pada pernyataan berikut, Batik Indonesia secara resmi diakui
UNESCO dengan dimasukkan ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda
Warisan Manusia (Representative List of
the Intangible Cultural Heritage of Humanity) dalam Sidang ke-4 Komite
Antar-Pemerintah (Fourth Session of the
Intergovernmental Committee) tentang Warisan Budaya Tak-benda di Abu Dhabi.
(Surya, 2009, antaranews.com). Pernyataan tersebut menjadi kabar baik bagi
bangsa Indonesia setelah tersebar berita tentang pengakuan kebudayaan Indonesia
oleh negara lain. Dalam hal ini, pemerintah mengambil tindakan yang serius
untuk menjaga kearifan lokal bangsa Indonesia.
Di
Indonesia, batik tidak hanya sebatas potongan kain yang biasa dipakai pelengkap
baju kebaya bagi kaum perempuan, batik juga tidak hanya digunakan sebagai pakaian
resmi yang biasa dipakai saat kegiatan formal seperti sekolah dan acara
lainnya. Batik menjadi sebuah gaya (style),
berkembang menjadi fashion yang
memiliki daya tarik tersendiri di masyarakat, sehingga batik menguasai segala
aspek melalui modifikasi dan inovasi serba-serbi batik, seperti tas, sepatu,
sandal, kerudung, mukena, seprai, tikar, gorden, dan lain-lain. Umumnya,
pengguna batik dari anak kecil hingga orang tua sehinga sasaran pengguna batik
menjadi lebih luas. Seni batik merupakan salah satu kebudayaan lokal yang telah
mengakar di seluruh kalangan masyarakat Indonesia. Bila awalnya kerajinan batik hanya berkembang di tanah Jawa,
sekarang ini hampir semua daerah di Indonesia memiliki kreasi batik dengan
corak dan model yang beragam. Mulai dari batik Yogyakarta, batik Solo, batik
Pekalongan, batik Semarang, batik Cirebon, batik Tasik, batik Jambi, hingga
batik Bengkulu, semuanya memiliki corak yang berbeda-beda sesuai dengan ciri
khas daerah masing-masing. (BisnisUKM.com, 2013). Keindahan batik memang sangat
memukau, sehingga batik Indonesia dapat menembus pasar internasional,
sehingga Kementerian Perindustrian RI bekerja sama dengan Japan External Trade
Organization (Jetro). Hal ini untuk memamerkan produk tersebut dalam Tokyo
Fashion Week pada Januari 2013. (Griyawisata.com, 2012). Batik memiliki potensi
yang sangat besar untuk bersaing dengan negara lainnya.
Kondisi objektif
terkait dunia perekonomian Indonesia dihadapkan pada Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) atau dikenal dengan pasar bebas ASEAN. Menghadapi kondisi tersebut sumber
daya masyarakat dalam bidang industri dan bidang-bidang lainnya harus
ditingkatkan sehingga mampu bersaing dengan negara lainnya. Pembentukan pasar
tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini
memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara
lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat. (BBC,
2014, BBC.com). Setelah pasar bebas ASEAN diberlakukan akhir 2015, Indonesia
juga harus bersiap menghadapi pasar bebas Asia Pasifik 2025. Tidak hanya
bersaing dengan negara-negara seperti Malaysia dan Singapura, Indonesia juga
harus bersaing dengan Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, hingga Australia dan
Selandia Baru. (Nurhayat, 2014, detik.com). Batik sebagai kebudayaan Indonesia
yang memiliki potensi untuk bersaing di Internasional, diharapkan mampu
memberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia melalui kegiatan industri batik.
PEMBAHASAN
Batik sebagai produk kreatif kerajinan
masyarakat Indonesia memiliki peluang usaha yang baik. Adanya inovasi-inovasi
yang dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan usaha batik yang dapat
menyentuh seluruh aspek dalam dunia fashion.
Pembaharuan tersebut untuk megoptimalkan potensi batik yang begitu kuat dalam
pasar sehingga mampu bersaing dengan produk-produk lainnya. Peluang yang besar
tersebut seharusnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai usaha yang mampu
bersaing di pasar. Berdasarkan hal tersebut, produksi batik meningkat dan
industri batik di masyarakat menjadi industri utama, seperti pernyataan
berikut, semenjak diakui Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan
Kebudayaan (UNESCO), produksi batik nasional meningkat hingga 500%, hingga
mampu menjadi tulang punggung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), dan omset
batik nasional juga telah mencapai lebih dari Rp10 triliun serta telah mampu
menyerap lebih dari 3,5 juta tenaga kerja lokal. (Indokabana.com, 2014).
Kemajuan usaha batik di masyarakat tersebut mendapat pengaruh dari sumber daya
manusia yang dimiliki. Usaha kreatif tersebut tidak dapat dijalankan tanpa
adanya orang-orang yang kreatif dan memiliki
keterampilan yang tinggi dalam membatik. Kain batik asli sentuhan tangan
pengrajin Indonesia bernilai seni tinggi sehingga memiliki daya saing yang
tidak dapat disamakan dengan produk kerajinan batik dari Tiongkok atau negara
lain. Kain batik Indonesia menjadi kain tua dan dibuat berdasarkan nilai seni serta
tradisi kehidupan manusia mulai dari sejak lahir hingga meninggal dunia. Bersaing
menghadapi MEA diperlukan sumber daya manusia (SDM) siap di berbagai penguatan
termasuk bagi kalangan pengrajin kain batik. Menghadapi MEA kuncinya memang di
manusianya, maka untuk pengembangannya di bidang Kebudayaan masih sedang
disusun pola dasarnya. (Indokabana.com,
2014).
Perkembangan
usaha batik yang semakin meningkat tentu dapat mengurangi jumlah pengangguran,
hal ini memberi dampak positif bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan sebuah
kesejahteraan dalam hidup. Produksi batik di Indonesia dapat dijadikan ekspor
ke luar negeri sehingga batik semakin mendunia. Terlepas dari peluang usaha
batik yang semakin meningkat, usaha batik menjadi upaya untuk mengembangkan
kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia dengan harapan masyarakat mencintai dan
memakai produk dalam negeri seperti usaha pemerintah yang lebih gencar dalam
mengunggulkan produk-produk hasil Indonesia.
Strategi yang harus dijalankan
perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya terdiri dari dua komponen. Komponen
pertama adalah strategi untuk memenuhi atau pengadaan lima prasyarat utama, yaitu
pendidikan, modal, teknologi, informasi, dan input krusial lainnya. Sementara
komponen kedua adalah strategi untuk menggunakan secara optimal kelima prasyarat
tersebut menjadi suatu produk yang kompetitif. Khusus untuk komponen kedua ini,
perhatian harus ditujukan pada peningkatan kemampuan produksi dan kemampuan
pemasaran. Upaya peningkatan kemampuan produksi termasuk peningkatan kemampuan
teknologi dan kemampuan desain. Sedangkan upaya peningkatan pemasaran, termasuk
promosi, distribusi, dan pelayanan pascajual. Kedua pendekatan ini sangat
penting dan pada umumnya UMKM di Indonesia kalah bersaing dengan usaha besar
atau UMKM dari negara maju karena kurang memperhatikan atau kurang mampu di
dalam bidang ini. (Megasari, 2014, hlm. 4).
Pembentukan
pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini
memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa mengenai sektor produksi lokal
dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi
akan semakin ketat. Pasalnya, sampai saat ini animo masyarakat Indonesia
terhadap merek-merek luar negeri masih cukup besar. Oleh sebab itu, agar tak
kalah bersaing dengan produk-produk asing, para pelaku UKM harus mulai berbenah
diri untuk meningkatkan daya saing produk lokal jelang pasar bebas 2015. Adapun
upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Konsisten menjaga kualitas produk.
Menghadapi gempuran produk impor dari negara tetangga yang popularitasnya cukup
diperhitungkan oleh kalangan masyarakat membuat standar operasional prosedur (SOP) yang jelas dalam setiap proses
produksi, agar barang-barang yang dipasarkan memiliki kualitas atau standar
mutu yang terjamin.
2. Tambahkan daya saing UKM melalui packaging produk yang menarik. Seperti
kita ketahui bersama, sampai saat ini packaging
produk menjadi salah satu faktor pendorong bagi para calon konsumen untuk
melakukan transaksi pembelian. Karenanya selain menjaga kualitas produk, hal
lain yang perlu diperhatikan para pelaku UKM adalah mendesain packaging yang
menarik, serta mencantumkan logo dan nama produk di setiap kemasan produk.
3. Berani bersaing dari segi harga.
Salah satu keunggulan produk Cina di pasar dunia yaitu harga jualnya terkenal
lebih murah dibandingkan produk-produk dari negara lainnya.
4. Menjaga loyalitas konsumen.
Memiliki banyak pelanggan menjadi kunci utama kesuksesan untuk menghadapi persaingan
pasar bebas 2015. (Kaban, 2014, bisnisUKM.com).
Selain
upaya yang telah dijelaskan tersebut, pelatihan terhadap pembatik perlu
dilakukan kerana adanya produk tidak bisa dihasilkan tanpa adanya sumber daya
manusia yang terampil. Semakin banyak pembatik profesional maka semakin baik
pula kualitas produk batik yang dihasilkan. Kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan
untuk produksi batik tetapi dalam pelaksanaannya, sumber daya manusia dalam
proses pembuatan batik akan jauh berbeda hasilnya kerana batik dibuat dengan
kreativitas dan keuletan pembatik itu sendiri.
KESIMPULAN
Batik sebagai kebudayaan yang dimiliki
Indonesia memiliki potensi yang kuat dalam bidang usaha atau industri.
Pengakuan batik oleh UNESCO milik Indonesia memperkuat keberadaan batik di
dalam maupun luar negeri, sehingga batik mampu menjadi icon bagi Indonesia. Perkembangan batik semakin meningkat dengan
adanya inovasi-inovasi yang membuat batik mampu menguasai berbagai produk dan
hal ini pula yang menyebabkan berkembang serta semakin meningkatnya
usaha/industri batik di Indonesia. Usaha batik menjadi upaya untuk
mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia dengan harapan masyarakat
mencintai dan memakai produk dalam negeri khususnya batik.
Menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi
ASEAN) atau pasar bebas 2015, batik menjadi produk yang diunggulkan bagi
Indonesia sebagai produk kreatif kerajinan masyarakat yang memiliki peluang
usaha baik. Batik sebagai kebudayaan lokal yang memiliki potensi untuk bersaing
di Internasional, diharapkan mampu memberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia
melalui kegiatan industri batik.
DAFTAR PUSTAKA
BBC. (2014) Apa yang harus Anda ketahui tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN. [Online]. Tersedia di: http://bbc.com/140826_pasar_tenaga_kerja_aec.htm [Diakses 14 Maret 2015].
BisnisUKM.
(2012) Melestarikan Budaya dengan Membuka
Usaha Galeri Batik. [Online].
Tersedia di: http://bisnisukm.com/melestarikan-budaya-dengan-membuka-usaha-galeri-batik.html [Diakses 14 Maret
2015].
BisnisUKM.
(2013) Meningkatkan Daya Saing UKM Jelang
Pasar Bebas 2015. [Online].
Tersedia di: http://bisnisukm.com/meningkatkan-daya-saing-ukm-jelang-pasar-bebas-2015.html [Diakses
14 Maret 2015].
Griyawisata.
(2012). Menambah Daya Saing Batik
Indonesia di Pamerkan di Jepang. [Online].
Tersedia di: http://www.griyawisata.com/batik-a-tenun/batik/artikel/menambah-daya-saing-batik-indonesia-di-pamerkan-di-jepang [Diakses 14 Maret
2015].
Indokabana.
( 2014) Batik Indonesia Diandalkan untuk
Menghadapi MEA. [Online]. Tersedia di: http://www.indokabana.com/batik/batik-indonesia-diandalkan-untuk-menghadapi-mea/ [Diakses 14 Maret
2015].
Megasari,
K.A. (2014) Identifikasi kesiapan Daya
Saing Industri Kecil Menengah (IKM) Alas Kaki di Kota Mojokerto Menghadapi
Pasar Bebas ASEAN. [Jurnal Online].
Tersediadi:http://download.portalgaruda.org/article.php?article=190040&val=6467&title=Identifikasi%20Kesiapan%20Daya%20Saing%20Industri%20Kecil%20Menengah%20%28IKM%29%20Alas%20Kaki%20Di%20Kota%20Mojokerto%20Menghadapi%20Pasar%20Bebas%20Asean%20%28Studi%20Kasus%20Kota%20Mojokerto%29
[Diakses 14 Maret 2015].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar