Arsip Blog

Minggu, 08 November 2015

OPTIMALISASI BATIK SEBAGAI USAHA KREATIF DARI BUDAYA LOKAL MENUJU PERSAINGAN INTERNASIONAL


OPTIMALISASI BATIK SEBAGAI USAHA KREATIF DARI BUDAYA LOKAL MENUJU PERSAINGAN INTERNASIONAL
Yuyun Yulyanti
UNIVERSITAS PENDIDIKAN IDONESIA
PENDAHULUAN
            Ragam budaya yang dimiliki Indonesia menjadi aset kekayaan bagi bangsa. Letak geografis Indonesia sebagai negara kepulauan menyebabkan Indonesia memiliki banyak kebudayaan daerah yang harus dilestarikan keberadaannya. Kebudayaan Indonesia sebagai warisan leluhur bangsa tersebut memiliki berbagai macam, seperti bahasa, tari-tarian, alat musik tradisional, makanan, seni pertunjukkan, seni arsitektur/bangunan, kerajinan tangan, dan lain-lain. Kebudayaan Indonesia tersebut tentu memiliki nilai filosofis terhadap perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia karena antara masyarakat dan kebudayaan tentu tak dapat dipisahkan. Ragam budaya yang dimiliki Indonesia membuktikan betapa berpotensinya masyarakat (sumber daya manusia) Indonesia untuk membuktikan kemampuan dan kreativitasnya dari negara lainnya.
            Salah satu hasil kerajinan tangan asli yang dimiliki Indonesia adalah batik. Batik menjadi ciri khas bagi bangsa Indonesia di mata dunia setelah batik resmi memiliki hak paten dan dinyatakan oleh UNESCO sebagai kebudayaan asli Indonesia, seperti pada pernyataan berikut, Batik Indonesia secara resmi diakui UNESCO dengan dimasukkan ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) dalam Sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah (Fourth Session of the Intergovernmental Committee) tentang Warisan Budaya Tak-benda di Abu Dhabi. (Surya, 2009, antaranews.com). Pernyataan tersebut menjadi kabar baik bagi bangsa Indonesia setelah tersebar berita tentang pengakuan kebudayaan Indonesia oleh negara lain. Dalam hal ini, pemerintah mengambil tindakan yang serius untuk menjaga kearifan lokal bangsa Indonesia.
            Di Indonesia, batik tidak hanya sebatas potongan kain yang biasa dipakai pelengkap baju kebaya bagi kaum perempuan, batik juga tidak hanya digunakan sebagai pakaian resmi yang biasa dipakai saat kegiatan formal seperti sekolah dan acara lainnya. Batik menjadi sebuah gaya (style), berkembang menjadi fashion yang memiliki daya tarik tersendiri di masyarakat, sehingga batik menguasai segala aspek melalui modifikasi dan inovasi serba-serbi batik, seperti tas, sepatu, sandal, kerudung, mukena, seprai, tikar, gorden, dan lain-lain. Umumnya, pengguna batik dari anak kecil hingga orang tua sehinga sasaran pengguna batik menjadi lebih luas. Seni batik merupakan salah satu kebudayaan lokal yang telah mengakar di seluruh kalangan masyarakat Indonesia. Bila awalnya kerajinan batik hanya berkembang di tanah Jawa, sekarang ini hampir semua daerah di Indonesia memiliki kreasi batik dengan corak dan model yang beragam. Mulai dari batik Yogyakarta, batik Solo, batik Pekalongan, batik Semarang, batik Cirebon, batik Tasik, batik Jambi, hingga batik Bengkulu, semuanya memiliki corak yang berbeda-beda sesuai dengan ciri khas daerah masing-masing. (BisnisUKM.com, 2013). Keindahan batik memang sangat memukau, sehingga batik Indonesia dapat  menembus pasar internasional, sehingga Kementerian Perindustrian RI bekerja sama dengan Japan External Trade Organization (Jetro). Hal ini untuk memamerkan produk tersebut dalam Tokyo Fashion Week pada Januari 2013. (Griyawisata.com, 2012). Batik memiliki potensi yang sangat besar untuk bersaing dengan negara lainnya.
Kondisi objektif terkait dunia perekonomian Indonesia dihadapkan pada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau dikenal dengan pasar bebas ASEAN. Menghadapi kondisi tersebut sumber daya masyarakat dalam bidang industri dan bidang-bidang lainnya harus ditingkatkan sehingga mampu bersaing dengan negara lainnya. Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat. (BBC, 2014, BBC.com). Setelah pasar bebas ASEAN diberlakukan akhir 2015, Indonesia juga harus bersiap menghadapi pasar bebas Asia Pasifik 2025. Tidak hanya bersaing dengan negara-negara seperti Malaysia dan Singapura, Indonesia juga harus bersaing dengan Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, hingga Australia dan Selandia Baru. (Nurhayat, 2014, detik.com). Batik sebagai kebudayaan Indonesia yang memiliki potensi untuk bersaing di Internasional, diharapkan mampu memberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia melalui kegiatan industri batik.
PEMBAHASAN
Batik sebagai produk kreatif kerajinan masyarakat Indonesia memiliki peluang usaha yang baik. Adanya inovasi-inovasi yang dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan usaha batik yang dapat menyentuh seluruh aspek dalam dunia fashion. Pembaharuan tersebut untuk megoptimalkan potensi batik yang begitu kuat dalam pasar sehingga mampu bersaing dengan produk-produk lainnya. Peluang yang besar tersebut seharusnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai usaha yang mampu bersaing di pasar. Berdasarkan hal tersebut, produksi batik meningkat dan industri batik di masyarakat menjadi industri utama, seperti pernyataan berikut, semenjak diakui Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO), produksi batik nasional meningkat hingga 500%, hingga mampu menjadi tulang punggung Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), dan omset batik nasional juga telah mencapai lebih dari Rp10 triliun serta telah mampu menyerap lebih dari 3,5 juta tenaga kerja lokal. (Indokabana.com, 2014). Kemajuan usaha batik di masyarakat tersebut mendapat pengaruh dari sumber daya manusia yang dimiliki. Usaha kreatif tersebut tidak dapat dijalankan tanpa adanya orang-orang yang kreatif dan memiliki  keterampilan yang tinggi dalam membatik. Kain batik asli sentuhan tangan pengrajin Indonesia bernilai seni tinggi sehingga memiliki daya saing yang tidak dapat disamakan dengan produk kerajinan batik dari Tiongkok atau negara lain. Kain batik Indonesia menjadi kain tua dan dibuat berdasarkan nilai seni serta tradisi kehidupan manusia mulai dari sejak lahir hingga meninggal dunia. Bersaing menghadapi MEA diperlukan sumber daya manusia (SDM) siap di berbagai penguatan termasuk bagi kalangan pengrajin kain batik. Menghadapi MEA kuncinya memang di manusianya, maka untuk pengembangannya di bidang Kebudayaan masih sedang disusun pola dasarnya. (Indokabana.com, 2014).
Perkembangan usaha batik yang semakin meningkat tentu dapat mengurangi jumlah pengangguran, hal ini memberi dampak positif bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan sebuah kesejahteraan dalam hidup. Produksi batik di Indonesia dapat dijadikan ekspor ke luar negeri sehingga batik semakin mendunia. Terlepas dari peluang usaha batik yang semakin meningkat, usaha batik menjadi upaya untuk mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia dengan harapan masyarakat mencintai dan memakai produk dalam negeri seperti usaha pemerintah yang lebih gencar dalam mengunggulkan produk-produk hasil Indonesia.
Strategi yang harus dijalankan perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya terdiri dari dua komponen. Komponen pertama adalah strategi untuk memenuhi atau pengadaan lima prasyarat utama, yaitu pendidikan, modal, teknologi, informasi, dan input krusial lainnya. Sementara komponen kedua adalah strategi untuk menggunakan secara optimal kelima prasyarat tersebut menjadi suatu produk yang kompetitif. Khusus untuk komponen kedua ini, perhatian harus ditujukan pada peningkatan kemampuan produksi dan kemampuan pemasaran. Upaya peningkatan kemampuan produksi termasuk peningkatan kemampuan teknologi dan kemampuan desain. Sedangkan upaya peningkatan pemasaran, termasuk promosi, distribusi, dan pelayanan pascajual. Kedua pendekatan ini sangat penting dan pada umumnya UMKM di Indonesia kalah bersaing dengan usaha besar atau UMKM dari negara maju karena kurang memperhatikan atau kurang mampu di dalam bidang ini. (Megasari, 2014, hlm. 4).
Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa mengenai sektor produksi lokal dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat. Pasalnya, sampai saat ini animo masyarakat Indonesia terhadap merek-merek luar negeri masih cukup besar. Oleh sebab itu, agar tak kalah bersaing dengan produk-produk asing, para pelaku UKM harus mulai berbenah diri untuk meningkatkan daya saing produk lokal jelang pasar bebas 2015. Adapun upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Konsisten menjaga kualitas produk. Menghadapi gempuran produk impor dari negara tetangga yang popularitasnya cukup diperhitungkan oleh kalangan masyarakat membuat standar operasional prosedur (SOP) yang jelas dalam setiap proses produksi, agar barang-barang yang dipasarkan memiliki kualitas atau standar mutu yang terjamin.
2. Tambahkan daya saing UKM melalui packaging produk yang menarik. Seperti kita ketahui bersama, sampai saat ini packaging produk menjadi salah satu faktor pendorong bagi para calon konsumen untuk melakukan transaksi pembelian. Karenanya selain menjaga kualitas produk, hal lain yang perlu diperhatikan para pelaku UKM adalah mendesain packaging yang menarik, serta mencantumkan logo dan nama produk di setiap kemasan produk.
3. Berani bersaing dari segi harga. Salah satu keunggulan produk Cina di pasar dunia yaitu harga jualnya terkenal lebih murah dibandingkan produk-produk dari negara lainnya.
4. Menjaga loyalitas konsumen. Memiliki banyak pelanggan menjadi kunci utama kesuksesan untuk menghadapi persaingan pasar bebas 2015. (Kaban, 2014, bisnisUKM.com).
            Selain upaya yang telah dijelaskan tersebut, pelatihan terhadap pembatik perlu dilakukan kerana adanya produk tidak bisa dihasilkan tanpa adanya sumber daya manusia yang terampil. Semakin banyak pembatik profesional maka semakin baik pula kualitas produk batik yang dihasilkan. Kemajuan teknologi dapat dimanfaatkan untuk produksi batik tetapi dalam pelaksanaannya, sumber daya manusia dalam proses pembuatan batik akan jauh berbeda hasilnya kerana batik dibuat dengan kreativitas dan keuletan pembatik itu sendiri.
KESIMPULAN
Batik sebagai kebudayaan yang dimiliki Indonesia memiliki potensi yang kuat dalam bidang usaha atau industri. Pengakuan batik oleh UNESCO milik Indonesia memperkuat keberadaan batik di dalam maupun luar negeri, sehingga batik mampu menjadi icon bagi Indonesia. Perkembangan batik semakin meningkat dengan adanya inovasi-inovasi yang membuat batik mampu menguasai berbagai produk dan hal ini pula yang menyebabkan berkembang serta semakin meningkatnya usaha/industri batik di Indonesia. Usaha batik menjadi upaya untuk mengembangkan kebudayaan yang dimiliki oleh Indonesia dengan harapan masyarakat mencintai dan memakai produk dalam negeri khususnya batik.
Menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) atau pasar bebas 2015, batik menjadi produk yang diunggulkan bagi Indonesia sebagai produk kreatif kerajinan masyarakat yang memiliki peluang usaha baik. Batik sebagai kebudayaan lokal yang memiliki potensi untuk bersaing di Internasional, diharapkan mampu memberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia melalui kegiatan industri batik.














DAFTAR PUSTAKA

BBC. (2014) Apa yang harus Anda ketahui tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN. [Online]. Tersedia di: http://bbc.com/140826_pasar_tenaga_kerja_aec.htm [Diakses 14 Maret 2015].

BisnisUKM. (2012) Melestarikan Budaya dengan Membuka Usaha Galeri Batik. [Online]. Tersedia di: http://bisnisukm.com/melestarikan-budaya-dengan-membuka-usaha-galeri-batik.html [Diakses 14 Maret 2015].
BisnisUKM. (2013) Meningkatkan Daya Saing UKM Jelang Pasar Bebas 2015. [Online]. Tersedia di: http://bisnisukm.com/meningkatkan-daya-saing-ukm-jelang-pasar-bebas-2015.html  [Diakses 14 Maret 2015].
Griyawisata. (2012). Menambah Daya Saing Batik Indonesia di Pamerkan di Jepang. [Online]. Tersedia di: http://www.griyawisata.com/batik-a-tenun/batik/artikel/menambah-daya-saing-batik-indonesia-di-pamerkan-di-jepang [Diakses 14 Maret 2015].
Indokabana. ( 2014) Batik Indonesia Diandalkan untuk Menghadapi MEA.  [Online]. Tersedia di: http://www.indokabana.com/batik/batik-indonesia-diandalkan-untuk-menghadapi-mea/ [Diakses 14 Maret 2015].
Megasari, K.A. (2014) Identifikasi kesiapan Daya Saing Industri Kecil Menengah (IKM) Alas Kaki di Kota Mojokerto Menghadapi Pasar Bebas ASEAN. [Jurnal Online]. Tersediadi:http://download.portalgaruda.org/article.php?article=190040&val=6467&title=Identifikasi%20Kesiapan%20Daya%20Saing%20Industri%20Kecil%20Menengah%20%28IKM%29%20Alas%20Kaki%20Di%20Kota%20Mojokerto%20Menghadapi%20Pasar%20Bebas%20Asean%20%28Studi%20Kasus%20Kota%20Mojokerto%29 [Diakses 14 Maret 2015].

Nurhayat, W. (2014).  Setelah ASEAN, RI Harus Hadapi Pasar Bebas Asia Pasifik. [Online]. Tersedia di: http://setelah-asean-ri-harus-hadapi-pasar-bebas-asiapasifik.htm [Diakses 14 Maret 2015].

Surya. (2009) Batik Indonesia Resmi Diakui UNESCO. [Online]. Tersedia di: http://antaranews.com/batik-indonesia-resmi-diakui-unesco.htm [Diakses 14 Maret 2015].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar